Rindu.. rasanya terlalu halus menusuk jauh disudut hati. Rindu mengundang keresahan, rindu mengundang kepedihan, rindu mengundang gundah gulana. Kerinduan yang terlalu rasanya sukar dibendung. Kata pujangga perindu "seorang perindu akan rela menyeberangi samudera untuk menemui orang yang dirinduinya". Kerinduan adakalanya menjadi pendorong. Bagi diperantauan, kerinduan kampung halaman, ayah bonda dan sanak saudara, mendorongnya untuk cepat-cepat pulang kekampung. Rindunya sang kekasih, ingin segera mendapatkan kekasihnya. Rindu sang anak, ingin cepat berada didalam pelukan ibunya.
Janganlah kerinduan menjadi pemusnah, jika terlalu rindu, jangan dirosakkan diri hanya untuk menghilangkan kerinduan itu. Jadikan rindu inspirasi diri untuk terus melangkah dengan jayanya.
Rindu... bahasa cinta yang halus. Kerinduan adakalanya terubat dengan melihat kembali lakaran kenangan, adakalanya dengan menyelurusi kembali jalan-jalan kenangan itu, adakalanya hanya dengan kembali kepada yang dirindui baru terubat rindu di hati.
Saat ini, hati ini terlalu merindui, rindu yang makin dilihat, makin dikenang, makin kuat rasanya. Jikaku punya pilihan, ingin saja aku terus ketempat yang dirindui itu. Tapi apakan daya, belum masanya lagi untukku kembali kesana.
Sebagaimana rintihan sebelum berpisah dibisikkan "Jangan kedatanganku ini Kau jadikan yang terakhir, jemputlah aku kembali. Jika inilah terakhir kalinya aku bertamu didaerahMu ini, kumohon syurga sebagai gantinya". Jemputkan aku kembali menjadi tetamuMu.
No comments:
Post a Comment